Hasief Ardiasyah : Fingers Adalah Karya Danilla Riyadi Yang Paling Jujur Dan Apa Adanya

Fingers adalah karya Danilla Riyadi yang paling jujur dan apa adanya. Bukan berarti Telisik atau Lintasan Waktu berisi kebohongan belaka; dua album tersebut masih representatif dari apa yang dialami sang penyanyi dan pencipta lagu ini ketika membuatnya. Tapi kali ini pada Fingers, Danilla berkarya tanpa Lafa Pratomo, produser dan tandem utama dalam karier bermusiknya selama ini yang kebetulan sedang sibuk dengan proses rekaman album Bani Bumi milik Polka Wars saat Fingers digarap.


Kehadiran Lafa tetap ada sedikit banyak, karena mini-album ini direkam di studionya dan ia juga memberi bantuan teknis serta sedikit isian gitar di lagu “Middle”. Tapi di luar itu, Fingers adalah karya Danilla seutuhnya, di mana ia menjadi produser untuk lagu-lagu yang ditulis, dinyanyikan dan dimainkannya benar-benar seorang diri.


Alhasil, Fingers masih terdengar sangat Danilla, walau dengan polesan studio yang lebih minim. Bahkan tak ada suara perkusi atau drum sama sekali di lima lagu ini (atau empat, jika menganggap “Thumb” dan “Pinky” sebagai satu kesatuan), suatu hal yang mungkin akan menimbulkan kesan datar kalau memang mengharapkan musik yang lebih berirama. Tapi di sisi lain, instrumen yang terbatas memberi ruang lebih bagi vokal Danilla yang kerap disusun dalam lapisan-lapisan mewah seperti pada “Index”.


Memang, vokal melankolis Danilla masih menjadi kekuatan utama pada Fingers, yang digunakannya untuk mengungkapkan keresahannya terhadap isu sosial dan kemanusiaan melalui lagu-lagu yang menggunakan nama jari sebagai judul dan sekaligus mewakili tema besarnya. Kebetulan kali ini Danilla memilih bahasa Inggris untuk berekspresi, dengan konsekuensi kosa kata yang digunakannya tidak sekaya lagu-lagu berlirik bahasa Indonesia yang selama ini menjadi salah satu kekuatannya. Namun di lain sisi, itu justru membuat keintiman lagu-lagu ini lebih terasa, karena menimbulkan kesan seakan-akan pendengar duduk di sisi Danilla sambil menyimaknya menuangkan isi kepalanya tanpa direpotkan pemilihan diksi cantik menurut EYD. Lagipula, tak perlu penguasaan bahasa Inggris yang fasih amat untuk bisa meresapi makna ketika Danilla bertanya “Will you stay here a little while for me?” pada “Ring” yang bercerita tentang kebersamaan di Indonesia.


Dengan durasi total di bawah 15 menit, Fingers mungkin akan terasa kurang memuaskan karena berlalu dalam relatif singkat. Tapi secara keseluruhan, mini- album ini dapat menjadi gambaran mengenai sejauh mana perkembangan musikalitas Danilla, sekaligus membuat kita membayangkan seperti apa karya yang dapat dibuatnya di masa depan, dengan atau tanpa Lafa maupun produser
lain.

4 thoughts on “Hasief Ardiasyah : Fingers Adalah Karya Danilla Riyadi Yang Paling Jujur Dan Apa Adanya

  1. Selalu berkarya Danilla ku sayang tetap menjadi Danilla yang apa adanya pokoknya sukses buat kamuuu Danilla !

  2. Tetap berkarya kak danilla walaupun sang mentari mendung, maka kakak lah yg harus meneranginya dengn kutipan karya kak danillah

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *.

You may use these HTML tags and attributes: <a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <s> <strike> <strong>