Pohan : Saya Menamai Album Ini Sebuah Keadaan

Syukur saya masih punya alat pemutar cakram padat. Butuh usaha menyalakannya karena jarang dipakai. Iya, kalau jarang dipakai apapun pasti ‘kering’. Muncul 05, tombol play siap ditekan. Begitu ditekan, sial liriknya! Inggris saya sebatas fuck, dalam hati.

Nasib baik tersedia buku lirik di sampulnya. Untuk mengetahui apa yang dibicarakan Danilla, saya mendengar sambil membaca. Masuk lagu pertama, Ibu saya menyelutuk, “Siapa dek? Enak banget lagunya.” Kami tidak pernah menyukai musik yang sama kecuali di dalam disko.

Ternyata Danilla mencuri perhatian. Sementara saya belum tenggelam sedikit pun. Fingers? Judul ini menyentil ingatan saya kepada jemari bekas masturbasi. Lagu sebagus Pinky terdengar ‘kentang’ sekali. Saya memutuskan mulai lagi dari Thumb.

Rasanya tak berubah, hanya beda tema. Begitu Index, terbayang wajah Danilla. Ia menggigit bibirnya sendiri atau menggigit bibir entah siapa yang juga kedinginan. Middle membuat saya merasa romantis. Ada sentuhan yang menyetrum di antara tangan-tangan orang dewasa.

Kesepian dibayar tunai saat tidur di pagi hari. Tidak perlu cincin untuk menikah karena Ring memberi waktu lebih banyak untuk didengarkan berkali- kali. Raga di ruangan. Jiwa menembus sudut kehidupan. Saya menamai album ini sebuah keadaan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *.

You may use these HTML tags and attributes: <a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <s> <strike> <strong>